Home » , » Kisah Seorang Ibu, Anak dan Seekor Burung

Kisah Seorang Ibu, Anak dan Seekor Burung

Written By Karida Salim on Rabu, 21 Desember 2011 | 10.53


Suatu sore, seorang ibu bersama putrinya yang baru menamatkan kuliah duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.

Tiba-tiba seekor burung pipit hinggap di ranting pohon berdekatan. Sang ibu lalu menuding jari ke arah pipit sambil bertanya, "Nak, apakah benda itu?"
"Burung pipit, bu..." jawab si anak.

Sang ibu mengangguk-angguk, namun kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ibunya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat,
"Itu burung pipit, ibu!"

Tetapi sejurus kemudian sang ibu bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
 "BURUNG pipit!!"

Sang ibu terdiam seketika.

Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ibu mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada sang ibu,
"ITU PIPIT, IBU!".

Tetapi agak mengejutkan si anak, karena ibunya sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang kesabaran dan menjadi marah.
"Ibu! Saya tak tahu ibu paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali ibu bertanya soal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang ibu mau saya katakan? Itu burung pipit, burung pipit, ibu...", kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Sang ibu lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian sang ibu keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama, diary milik sang ibu.

"Coba kau baca apa yang pernah ibu tulis di dalam diary ini", pinta sang ibu.

Putrinya setuju dan membaca paragraf yang tertulis berikut:
Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur tiga tahun. Tiba-tiba seekor pipit hinggap di pohon berdekatan. Anakku terus menunjuk ke arah pipit dan bertanya, "ibu, apa itu?"
Dan aku menjawab, "burung pipit".

Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian. Dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka dan memandang wajah sang ibu yang kelihatan sayu. Sang ibu dengan perlahan berkata:
"Hari ini ibu baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah".

Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ibunya memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.

PESAN MORAL untuk kita semua:
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tua kita, hormatilah mereka.
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kita di waktu kecil.


0 komentar :

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar Anda mengenai artikel ini.