Home » » Lampion dan Imlek

Lampion dan Imlek

Written By Karida Salim on Senin, 16 Januari 2012 | 10.48

Lampion, konon berasal dari zaman dinasti Xi Han (tahun 206 SM - 9 M) kira-kira 1800 tahun yang lalu, sudah menjadi tradisi setiap Hari Raya Imlek dipajang lampion-lampion di rumah-rumah atau pekarangan atau tempat umum misalnya di taman, kebun, jalan-jalan, lorong-lorong dan lain sebagainya. Lampion ini telah menjadi tradisi bagi orang Tionghoa sebagai simbol kebahagiaan, yang dipasang untuk event-event kegembiraan berwarna merah, dan lampion putih terbuat dari rangka bambu untuk simbol bela sungkawa. Dalam perkembangannya, lampion digambari dan dihiasi ornamen-ornamen macam-macam, dan huruf-huruf kaligrafi. Lampion ada yang terbuat dari kertas, kain, kulit binatang, dan dari bordiran-bordiran kain sutra dan lain-lain.


Lampion segi empat
Lampion ini sangat erat hubungannya dengan kehidupan orang Tionghoa, lampion digantung di Kelenteng-kelenteng, ruang tamu rumah, dan tempat lain seperti telah disebutkan diatas. Namun yang terbuat dari kertas dapat dikatakan dimulai sejak di Tiongkok ditemukannya teknik pembuatan kertas oleh Cailun pada zaman dinasti Han Timur ( donghan tahun 25-220 M ).

Lampion bagi orang Tionghoa tidak saja sebagai lampu penerangan atau lentra, tapi sudah menjadi simbol. Namun yang paling menonjol adalah dipasang pada perayaan Shincia hingga Cap Go Meh. Tapi sejak zaman Han hingga Tang, lampion benar-benar sebagai simbol penyambutan hari raya imlek. Saat dinasti Ming Zhu Yuan Chang (tahun 1368 - 1644 M) pendiri dinasti ini, ketika memproklamirkan ibu kota negara di Nanjing diadakan Lampion air, dimana ribuan lampion diambangkan di aliran sungai Qinhuaihe Kemudian setiap tahun diadakan pesta lampion, tapi sejak berdirinya Republik Tiongkok pesta ini memudar, sehingga ahli-ahli pembuat lampion juga berkurang, namun kini rupanya mulai digalakkan lagi.

Ada juga tradisi disaat hari raya imlek, membawa Lampion sebagai simbol untuk mendambakan untuk mendapatkan anak lelaki atau putra, karena lafal kata Mandarin yang berdekatan yang mempunyai arti mendapat putra. Denglong - Tianding.

Pada zaman kuno di Tiongkok, setiap tahun pada permulaan dimulai masuk sekolah pada bulan 1 Imlek, sekolah-sekolah digantungi lampion-lampion yang disumbang oleh orangtua murid-murid, dan secara simbolik dinyalakan oleh kepala sekolah atau guru, disebut Kaideng. Yang mempunyai makna murid-murid agar mempunyai masa depan yang cemerlang sepanjang hidupnya. Kemudian hari menjadi tradisi dilakukan setiap Tahun Baru Imlek hingga Cap Go Meh ( Hari 1 s/d 15 ). Dongeng Tentang Lampion Imlek

Ada macam-macam dongeng tentang lampion dari Tiongkok, tapi yang paling populer ada beberapa. Konon pada zaman Han Timur, saat Cap go Meh (hari ke15 bulan 1 imlek) ada seorang Rahib Guanfu Sheli  melalui titah raja, menitahkan di istana dan rumah rakyat untuk dinyalakan lampion untuk menghormati sang Buddha. Sejak itu setiap tahun menjadi tradisi pemasangan lampion pada raya tersebut.

Sedang dongeng asal mula lampion, ada cerita rakyat yang menarik seperti berikut. Konon dahulu ada seekor burung sakti telah kesasar dari khayangan ke bumi/dunia manusia, tapi ada seorang pemburu yang tidak punya belas kasihan atau perikebinatangan berhasil memanah burung ini hingga mati. Mengetahui ini sang Raja Langit/Khayangan menjadi marah, maka dikeluarkanlah titah "Raja" untuk mengirim pasukan langit pada hari ke15 bulan satu imlek, untuk membakar dunia manusia, dan terutama membakar semua harta dan ternak milik manusia. Tapi putri Raja Langit yang welas asih tidak tega mendengar "titah" ini, diam-diam turun ke dunia dan memberitahu kabar ini kepada semua manusia dibumi. Ada seorang yang pandai yang mengusulkan agar pada hari ke 14, 15, dan 16 supaya menyalakan lampion berwarna warni, dan memasang mercon terus menerus berturut-turut 3 hari. Raja khayangan ketika pada hari ke 15 melihat ini, dikira "titah"nya telah dilaksanakan. Sehingga lupa bahwa "titah" sebenarnya belum diturunkan kepada pasukan langitnya. Maka terhindarlah dunia manusia dari hukuman yang tadinya akan dijatuhkan kepada manusia. Untuk memperingati keberhasilan ini, maka setiap Cap Go Meh, setiap rumah memasang lampion dirumah-rumah dan membakar mercon-mercon.

Sumber : www.dnaberita.com

1 komentar :

  1. Terima kasih artikelnya bagus, ada sejarah yang mempunyai makna tersendiri waktu dinyalakan lampionnya. Salam kenal n sukses Gan, kalau senggang kunjungi website-ku donk, di: OBYEKTIF.COM saya tunggu ya....

    Salam kompak:
    Obyektif Cyber Magazine
    (obyektif.com)

    BalasHapus

Silahkan memberikan komentar Anda mengenai artikel ini.